Sabtu, 13 Agustus 2011

History of Java

Thomas Stamford Raffles (17811826) was a British civil servant and statesman, best known for his founding of the city (now Republic) of Singapore. After the capture of Java by the British in 1811, Raffles was appointed Lieutenant Governor of the island, a position he held until 1815. After a two-year interlude in England, he sailed back to the East, and established the city of Singapore in 1819. These volumes, written during his governorship and first published in 1817, contain his monumental survey and history of the island state. Raffles provides a comprehensive ethnographic description of the island's society, describing its economy, trade, languages and dialects, and religious and social customs, together with a detailed history of the island, including a discussion of the introduction of Islam. These volumes provide invaluable information of the study of contemporary Javanese society and history.

Mistery Tombak dan Pdang di Museum KAA Bandung

BANDUNG - Sebanyak 100 pusaka koleksi Keraton Keperabonan Cirebon dipajang di Museum Konferensi Asia Afrika (KAA) Bandung.

Bahkan, beberapa pusaka menunjukan aura mistiknya. Misalnya, pedang suduk dan Tombak Pakungwati Caruban Nagari Cirebon. Mata tajam pedang suduk yang panjangnya sekira 50 cm itu sanggup berdiri ajek di ujung tombak tersebut. Sepintas, pedang tersebut seolah terbang.

Senopati Keraton Keperabonan Muhammad Muchlis menjelaskan, pedang suduk biasa digunakan panglima kerajaan. Pedang ini memang memiliki aura mistis.

"Pedang suduk memiliki pamor batu lapak pancuran emas, yaitu mengkandung daya magis untuk kedigdayaan. Misalnya, orang yang menggunakannya tidak kelihatan oleh musuh dan sanggup menembus musuh yang sakti," terang Muchlis, di Museum KAA, Sabtu (25/6/2011).

Keseimbangan pedang yang seperti terbang di atas ujung tombak itu, menurut Muchlis, bersumber dari energi yang ada dalam logam aji dari kedua pusaka. Kedua energi dari benda pusaka lalu berkumpul di satu titik sehingga pedang jadi seimbang.

Muchlis menyebutkan, orang yang meletakan pedang di atas tombak tidak bisa sembarangan. Harus latihan dulu untuk melatih pernafasan. "Tapi jika tersenggol, pedang akan jatuh. Cuman jika tertiup angin pedang akan bergerak," jelasnya.

Dia menyebutkan, jumlah pusaka Keperabonan yang dipamerkan di Museum KAA sebanyak 100 buah. Sedangkan total koleksi mencapai 200 pusaka yang berasal dari berbagai kerajaan yang pernah ada di Jawa Barat.

Misalnya ada pisau Sunan Kalijaga bernama Pangot Panurat. Pisau ini usianya paling tua di antara pusaka yang ada. Usianya di atas 700 tahun. "Pisau Kalijaga ini paling tua dan ada dalam babad yang menyebutkan warisan Nabi Khidir ketika Sunan lagi tapa," tuturnya.

 Waktu itu, Sunan Kalijaga menggunakan pisau itu untuk membuat wayang kulit dan syair. Ada lagi pusaka lain yang bisa mengeluarkan cahaya putih, yakni pusaka Lawe Saukel yang berbentuk keris. Muchlis sendiri pernah memegangnya ketika keris tersebut mengeluarkan cahaya putih seperti neon.

Mistery of Monalisa

Senyuman misteri yang ditunjukkan Monalisa dalam lukisan potret terkenal karya Leonardo da Vinci akhirnya terungkap. Para akademisi Jerman merasa yakin mereka telah berhasil memecahkan misteri yang telah berlangsung beberapa abad di balik identitas gadis cantik yang menjadi obyek lukisan terkenal itu.
Lisa Gherardini, istri seorang pengusaha kaya Florence, Francesco del Giocondo, telah lama dipandang sebagai model yang paling mungkin bagi lukisan abad 16 tersebut. Namun demikian, para sejarawan seni sering bertanya-tanya apakah mungkin wanita yang tersenyum itu sebetulnya kekasih da Vinci, ibunya atau artis itu sendiri.
Kini para pakar di perpustakaan Universitas Heidelberg menyatakan berdasarkan catatan yang ditulis pemiliknya dalam sebuah buku pada Oktober 1503 diperoleh kepastian untuk selamanya bahwa Lisa del Giocondo-lah model yang sesungguhnya dalam lukisan itu, yang merupakan salah satu lukisan potret terkenal di dunia. “Semua keraguan tentang identitas Monalisa telah pupus menyusul penemuan oleh Dr. Armin Schlechter,” seorang pakar naskah kuno, kata perpustakaan itu dalam pernyataannya.
Hingga kini, hanya diperoleh ”bukti kurang meyakinkan” dari berbagai dokumen abad 16. “Hal ini menciptakan ruang bagi berbagai interpretasi dan ada banyak identitas berbeda dikemukakan,” kata perpustakaan itu. Catatan itu dibuat oleh Agostino Vespucci, seorang pejabat Florence dan sahabat da Vinci, dalam koleksi surat tulisan orator Romawi, Cicero. Tulisan dalam catatan itu membandingkan Leonardo dengan artis Yunani kuno Apelles dan menyatakan ia sedang menggarap tiga lukisan, salah satunya adalah potret Lisa del Giocondo.
Para pakar seni, yang sudah mengaitkan tahun pembuatan lukisan itu pada jaman abad pertengahan itu, menyatakan penemuan Heidelberg itu merupakan terobosan dan penyebutan sebelumnya menghubungkan istri saudagar itu dengan lukisan potret tersebut. “Tak ada alasan untuk terus meragukan bahwa potret ini adalah wanita yang lain,” kata sejarahwan seni Universitas Leipzig, Frank Zoelner, kepada Radio Jerman.